Page 14 - BUKU UKPFI
P. 14

memiliki  kompetensi  tertentu  dalam  mengungkapkan  obyek  foto  sebagai  fakta  yang
                  kemudian diolah sebagai produk jurnalistik.

                         Salah satu organisasi profesi jurnalistik yang memandang penting isu kompetensi
                  bagi pewarta  foto  di  Indonesia  adalah  Pewarta  Foto  Indonesia  (PFI).  PFI  merupakan

                  organisasi  bagi  pewarta  foto,  baik  yang  berstatus  karyawan  di  media  tertentu  maupun
                  pewarta lepas   (freelance) atau dikenal juga dengan istilah stringer.

                         Sejarah pewarta foto di Indonesia dimulai ketika pewarta foto kantor berita zaman
                  penjajaan Jepang, Domei, Alex Mendur dan adiknya Frans yang bekerja sebagai fotografer

                  koran  Asia  Raya,  mengabadikan  Soekarno  yang  membacakan  Proklamasi  Kemerdekaan

                  Indonesia  di  Pegangsaan  Timur  56  pada  pagi  hari  17  Agustus  1945.  Sejarawan  Asvi
                  Warman Adam menggugah, seandainya Mendur bersaudara tidak ada di Pegangsaan Timur
                  56 ketika itu, maka boleh jadi Proklamasi diyakini tidak benar terjadi.

                         Sejarah Indonesia kemudian bergerak terus sampai bergulirnya reformasi menandai

                  berakhirnya kekuasaan Orde Baru, yang kemudian jadi tonggak lahirnya kebebasan pers dan
                  mejamurnya media massa baru. Seiring dengan itu lahir banyak pewarta foto sejalan dengan

                  meningkatnya kebutuhan akan profesi tersebut.
                         Proses transisi politik menuju era reformasi dalam perjalanannya mengalami banyak

                  turbulensi dimana kebebasan pers belum sesuai dengan marwahnya dan tindakan represif
                  dialami  insan  pers,  terutama  pewarta  foto  yang  meliput  masa-masa  transisi  reformasi

                  tersebut. Di era tersebut, banyak pewarta foto menjadi korban kekerasan yang di lakukan
                  oleh       aparat keamanan. Salah seorang yang menjadi korban adalah pewarta foto LKBN

                  ANTARA  Saptono  Soemardjo.  Dalam  aksi  unjuk  rasa  antipemerintah  oleh  mahasiswa
                  pada  September  1998,  ratusan  massa  melakukan  konvoi  dari  Tugu  Proklamasi  di  Jalan

                  Proklamasi  menuju  Kampus  Universitas  Atmajaya  di  Jalan  Jenderal  Soedirman,  Jakarta.
                  Namun,  mereka  dihalangi  barikade  aparat  keamanan  di  Jalan  Diponegoro.  Saat  terjadi

                  negosiasi antara demonstran dengan aparat, tiba-tiba seorang aparat keamanan memukuli
                  pengemudi  mobil  mahasiswa,  yang  menyebabkan  pengemudi  tersebut  menghidupkan

                  mesin  mobil  dan  menabrak  barikade,  serta  melindas  petugas  yang  berada  di  depannya.

                  Setelah itu bentrokan pecah, aparat menyerbu para mahasiswa dan memukuli mereka. Di
                  saat itulah, Saptono melihat ada dua orang mahasiswi yang tertinggal, kedua mahasiswi itu

                  jatuh dan dipukuli aparat setelah motor yang dikendarai jatuh ditendang petugas bersepatu
                  tempur militer. Saat memotret kejadian itulah, Saptono tiba-tiba dipukul dengan  senjata api

                  laras panjang dari belakang, dan dilanjutkan dengan pukulan dan tendangan bertubi-tubi






                                                            13
   9   10   11   12   13   14   15   16   17   18   19